Chapter 1: Filsafat & Sejarah Perkembangannya (Part 2)
Perkembangan
Pemikiran Filsafat Yunani
Filsuf yang pertama yaitu Thales, Anaximandros, dan Anaximenes. Mereka menaruh perhatian pada alam dan kejadian alamiah dan tertarik pada perubahan alam.
Sedangkan
Herakleitos menggunakan asas utama yaitu api. Menurut Herakleitos, tiap benda
terdiri dari yang berlawanan. Meskipun demikian, di dalam perlawanan tetap
terdapat kesatuan. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa yang satu adalah banyak
dan yang banyak adalah satu. Pemikiran filsafatnya memang tidak mudah
dimengerti sehingga ia dijuluki "si gelap" (dalam bahasa Inggris the
obscure).
Pythagoras
melihat segala sesuatu dapat diterangkan atas dasar bilangan. Dan karena itu,
jasanya sangat besar pada ilmu pasti.
Parmenides
mempraktekkan cabang filsafat yaitu Metafisika (yang ada). Dalam artian “yang
ada ada, yang tidak ada tidak ada”.
Demokritos
mengembangkan pemikiran tentang segala sesuatu terdiri dari bagian materi yang
tidak bisa dibagi-bagi (atom).
Jaman keemasan Filsafat Yunani
1. Athena dan Sofistik
Sofistik-kelompok yang
fasih lidahnya dan berkeliling melatih kaum muda berpidato. Mereka tidak
menerima kebenaran yang definitif. Dan seorang sofis, Protagoras berpendapat bahwa
manusia adalah ukuran untuk segala-galanya, semua dianggap benar dalam hubungan
dengan manusia.
2. Sokrates (470-399)
Ia membela ‘yang benar’
dan ‘yang baik’ sebagai nilai obyektif yang harus dijunjung tinggi oleh semua
orang. Dan Ia berani mempertanyakan segala sesuatu menyangkut kebenaran sehingga
dia dihukum mati. Ia sangat berjasa dalam menyelamatkan pemikiran filsafat
Yunani.
3. Plato
Ia kagum pada Sokrates
dan terpengaruh olehnya. Menurut mitos tentang gua, kebanyakan manusia bisa
disamakan dengan tahanan yang terbelenggu, yang mengandaikan pengenalan indera
dan menyodorkan realitas sebenarnya. Tapi filsuf dapat dibandingkan dengan
orang yang dilepaskan dari gua. Menurut Plato, seluruh realitas dibagi menjadi
2 ‘dunia’ yaitu dunia yang terbuka pada rasio dan dunia yang hanya terbuka pada
pancaindera.
Menurut Plato, dunia
pertama adalah ide-ide dan dunia kedua adalah dunia jasmani.
4. Aristoteles
Walaupun dia menjunjung
tinggi ajaran Plato, tapi dia punya jalan sendiri. Dia mengkritik pendapat
Plato tentang ‘ide’. Dimana yang ada ialah manusia ini dan manusia itu, jadi
konkret. Tapi ide ‘manusia’ tidak ada dalam kenyataan. Maka dari itu, menurut
dirinya memang ada sesuatu yang umum dan tetap tapi bukan dalam suatu dunia
ideal melainkan dalam benda-benda jasmani itu sendiri.
Dan dari itu, ia
mengembangkan teori dalam bentuk materi yaitu setiap benda jasmani terdiri dari
2: bentuk dan materi.
Masa
Helenistis
· Masa helenistis dan Romawi
Alexander Agung sempat
mendirikan kerajaan besar mulai dari Yunani hingga wilayah timur. Dan saat ia
wafat (323 SM), kekuatan politik pecah tapi kebudayaan Yunani tetap ada di
daerah lain. Budaya tersebut berkembang di daerah taklukan dan dinamakan ‘budaya
helenisme’ tapi Athena masih tetap sebagai pusat dalam bidang filsafat.
Saat Romawi menguasai
Yunani, Romawi juga terbuka menerima pengaruh budaya Yunani. Dan saat itu
muncul mazhab Stoa yang didirikan oleh Zeno dari Kition.
· Stoa
Stoa menunjuk pada
serambi bertiang tempat Zeno mengajar dan pengikutnya disebut ‘stoisisme’.
Menurutnya, jagat raya ditentukan oleh kuasa logos (rasio) karena jiwa manusia
ambil bagian dalam logos. Maka manusia dapat mengenal dunia dan bisa bijaksana
serta bahagia bila bertindak menurut rasio.
Penganut stoisisme
tidak takut kematian/malapetaka karena yakin itu suatu keharusan.
· Epikurisme
Menurut Epikuros (341-270)
berpendapat segalanya terdiri dari atom yang bergerak. Manusia bahagia jika
mengakui susunan dunia dan mengikuti kehendak bebasnya.
· Skeptisisme
Menurut Pyrho (365-275)
berpendapat dalam bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran.
· Eklektisisme
Suatu tendensi umum
yang memetik bermacam unsur filsafat lain tanpa mencapai kesatuan pemikiran.
Tokoh ahli pidato Cicero dan Philo.
· Neoplatonisme
Aliran yang
menghidupkan lagi pemikiran Plato. Filsuf yang menciptakan sintesa itu bernama Plotinos
(203-269) yang pemikirannya berkisar pada konsep kesatuan. Potinos berpendapat
Allah sebagai “yang satu”, semua berasal dari dan kembali ke “yang satu”. Maka
seluruh realitas punya 2 gerakan yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke
atas.
Komentar
Posting Komentar